1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Dari apa yang telah saya pelajari disiplin positif yang membangun karakter positif merupakan salah satu budaya positif di sekolah. Untuk dapat mewujudkan disiplin positif, maka kita harus menyadari bahwa disiplin bukanlah semata-mata berkenaan dengan aturan dan sangsi, melainkan adalah disiplin diri yang berakar dari kesadaran dan keyakinan diri.
Untuk dapat memicu motivasi interinsik pada diri siswa, guru harus mampu mengubah paradigma dari teori stimulus respon menuju teori kontrol, dalam perannya menumbuhkan budaya positif. Ada lima posisi kontrol yang perlu dipahami yakni sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, menjadi teman, pemantau/monitor serta posisi manajer. Sebisa mungkin kita sebagai guru perlu menempatkan diri dalam posisi manajer dalam mengontrol prilaku disiplin positif.
Dalam mengontrol disiplin diri siswa, kita perlu membuat kesepakatan bersama siswa tentang nilai-nilai kebijaksanaan yang perlu mereka yakini. Hal ini tertuang dalam keyakinan sekolah, sebagai pengganti aturan-aturan yang lebih bersifat stimulus-respon dalam bentuk sangsi atau konsekuensi. Keyakinan sekolah ini akan dapat memenuhi kebutuhan dasar anak sehingga dengan terpenuhinya 5 kebutuhan dasar tersebut maka anak akan memiliki motivasi interinsik untuk berprilaku positif. Kelima kebutuhan dasar tersebut diantaranya kebutuhan bertahan hidup, cinta dan kasih sayang, penguasaan, kebebasan dan kesenangan. Ketika ada satu pelanggaran disiplin, maka akan ada kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi. Maka dari itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan restitusi kepada anak. Restitusi dapat menguatkan karakter anak dan tidak akan menimbulkan trauma kepadanya. Langkah restitusi yang harus diterapkan guru tertuang pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah serta menanyakan keyakinan.
2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep-konsep inti tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda.
Setelah saya mengikuti PGP dan menyadari tentang pentingnya melibatkan siswa dalam penentuang pembelajaran sebagai wujud pembelajaran yang berpihak pada murid, saya mulai menerapkan membuat kesepakatan kelas tentang hal-hal positif yang harus mereka yakini perlu adanya ketika pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal positif tersebut mereka tuliskan dan dibacakan serta selanjutnya dituliskan sebagai bentuk keyakinan akan budaya positif yang perlu mereka jaga selama pembelajaran. Dengan demikian, saya berharap motivasi untuk menerapkan disiplin positif berasal dari dalam diri mereka.
3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.
Pada dasarnya penerapan segitiga restitusi sudah saya laksanakan ketika menghadapi permasalahan pada murid saya. Setiap permasalahan diselesaikan dengan memahami alasan dibalik tindakan murid.
4. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Hal yang paling saya rasakan dalam pemikiran saya yakni pada pola pikir saya tentang penerapan disiplin diri. Dulu saya memandang bahwa aturan ketat dana sangsi atas pelanggaran aturan akan dapat menciptakan disiplin diri siswa. Namun, setelah belajar modul ini saya baru menyadari bahwa dalam menciptakan budaya positif khususnya yang berkenaan dengan disiplin diri diperlukan motivasi dari dalam diri bukan berupa aturan. Jadi yang selama ini saya yakini hanya sebuah ilusi bahwa siswa saya telah berdisiplin.
5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
Sangat penting untuk mempelajari modul ini. Sebagai individu dan pemimpin pembelajaran. Dengan mengetahui bagaimana teori dan pola penerapan disiplin positif yang menekankan pada motivasi interinsik bukan motivasi eksterinsik maka nantinya akan menciptakan siswa dengan karakter positif yang kuat serta siswa berbudi pekerti luhur dengan selalu berpijak pada nilai-nilai kebijaksanaan. Hal yang menurut saya sangat penting adalah dalam menerapkan restitusi, penting bagi kita mengetahui terlebih dahulu kebutuhan dasar anak yang belum terpenuhi sehingga restitusi yang dilakukan dapat menjawab kebutuhan tersebut.
6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Saya akan menguatkan penerapan kesepakatan kelas dalam membentuk keyakinan kelas untuk menerapkan budaya positif di kelas.
7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal lain yang penting menurut saya untuk dipelajari dan digali adalah menggali budaya lokal yang selaras dengan konsep-konsep yang ada pada topik ini yang dapat saling menguatkan. Nilai-nilai budaya lokal tersebut dapat saya jadikan sebagai nilai kebajikan yang nantinya akan menjadi keyakinan kelas ataupun keyakinan sekolah.
8. Langkah-langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?
Langkah awal yang saya lakukan adalah menguatkan kembali apa yang selama ini saya lakukan berkenaan dengan keyakinan kelas dengan topik yang sudah saya pelajari selama ini. Saya akan merefleksi terkait dampak penerapannya dan nanti dapat saya bagikan pada komunitas praktisi sekoalh untuk nantinya dapat dijadikan rujukan bagi rekan guru.
C. Langkah Strategi Penerapan Budaya Positif Melalui Rancangan Tindakan Aksi Nyata
Latar Belakang
Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman serta keberpihakan pada anak.
Tujuan
1. Menumbuhkan budaya positif di kelas.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
3. Menumbuhkan nilai-nilai profil pelajar pancasila pada diri peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Menumbuhkan budaya positif di kelas rekan guru yang lain.
Tolok Ukur
1. Peserta didik mampu menunjukkan budaya disiplin positif di kelas
2. Peserta didik mampu menunjukkan jiwa atau karakter tanggung jawab dengan apa
yang dilakukannya.
3. Peserat didik mampu menerapkan nilai-nilai profil pelajar pancasila secara sadar dan
berkesinambungan dalam proses belajar.
4. Rekan guru mampu menerapkan budaya positif di kelasnya masing-masing.
Linimasa tindakan yang akan dilakukan
Adapun rincian dari tindakan aksi nyata yang dilakukan adalah:
Minggu I
Meminta izin dan dukungan kepada kepala sekolah terkait aksi nyata yang akan dilakukan
Minggu II
Mensosialisasikan kepada rekan-rekan Guru dan peserta didik tentang kegiatan aksi nyata
Minggu III
Membimbing peserta didik dalam penerapan aksi nyata
Minggu IV
Melaksanakan aksi nyata ke peserta didik
Minggu V
Melaksanakan aksi nyata ke rekan-rekan Guru
Minggu VI
Membuat Laporan Aksi Nyata
Dukungan Yang Dibutuhkan
Dalam pelaksanaan aksi nyata yang dilakukan terkait implementasi budaya positif di lingkungan Sekolah dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak yaitu:
1. Kepala Sekolah
2. Rekan Guru
3. Peserta Didik
4. Sarana dan Prasarana sekolah
5. Biaya Pelaksanaan