Jumat, 18 September 2020

Delapan Tahun merawat Luka

 

Kuingat 8 tahun yang lalu

8 Tahun merawat Luka(12)

Tak ada yang tau perjalanan hidup seseorang, termasuk datangnya musibah akan ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, baik itu orang yang beriman atau orang yang tidak beriman, sebagian orang ada yang beranggapan bahwa musibah terjadi karena Alloh sdang memurkai dirinya.

Padahal justru terkadang Alloh sedang  menguji kita dengan musibah ini karena Alloh sedang menyiapkan kita tempat yang mulia disisiNya. Atau malah justru bermaksud menerima kita kembali sebagai hambanya, jika dengan musibah itu kita beristighfar, mendekatkan diri pada alloh, dan mengakui segala kebesara Alloh, 

Seperti yang telah disebutkan dalam surat At-taghobun ayat 11 yang srtinya :

Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Alloh dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh maha mengetahui segala sesuatu”.

Jika membaca dan merenungi arti yang terkandung dari ayat di atas maka seyogyanya kita sebagai orang yang beriman tidak boleh berputus asa bahkan berprasangka buruk terhadap kuasa Alloh karena semua telah terukir dan terukur sesuai dengan kemampuan yang ditimpakan hambanya.

Kecelakaan itu terjadi delapan tahun yang silam, tepatnya tahun 2012, yang kuingat untuk persiapan operasi di Rumah sakit maka semua organ tubuh harus di cek untuk memastikan kesehatannya, dari situlah aku mengetahui kalau suamiku mempunyai kadar gula di atas normal yaitu 260  namun begitu dokter tetap saja harus mengoperasinya karena luka parah yang dialaminya.

Pada waktu itu, aku kurang begitu paham tentang penyakit diabet, yang ku tau  seseorang kalau punya riwayat diabet, maka  luka yang dialaminya akan mengalami  sembuh yang  lama. Ketika mendengar dari petugas medis yang mengatakan bahwa pasien mempunyai  gula darah yang tinggi maka saya langsung menangkap dan berkata dalam hati

”wah, berarti nanti sembuhnya lama”, gumamku

Namun lagi-lagi anggapan itu kutepis karena semuanya butuh waktu, terjawab dengan ke yakinanku bahwa kuasa Alloh akan mengalahkan semua yang menjadi keraguan manusia. Aku  tersenyum menatap langit-langit kamar pasien, ya dia adalah suamiku, yang juga imamku,

Saat ini aku harus menjadi seorang makmum sekaligus imam, mengganti peran suamiku untuk sementara waktu karena suatu keadaan. Aku yakin Tuhan bersamaku, Dialah yang akan membingbingku mencari jalan dari kesulitan hidup, Akupun yakin dibalik semua yang terjadi ada hikmah yang kami belum mengetahuinya.

Nyaris kegiatanku sejak peritiwa itu kutinggalkan sementara waktu karena harus konsentrasi mengurus suami, keseharianku adalah seorang Guru Negeri di Sekolah Dasar,   sedangkan di sore hari aku juga mengajari anak-anak membaca dan belajar alqur’an di Taman Pendidikan Alquran,

Namun  karena saya type seoarang  aktivis maka untuk berdiam diri di rumah berlama-lama rasanya ada yang kurang, untuk itu setelah suami sudah mulai masuk kantor maka kegiatan rutinku mulai berjalan.

Untuk itu saya harus pandai-pandai membagi waktu antara tanggung jawabku  sbagai istri maupun rasa tanggungjawabku  dengan kegiatan rutinku. Selain itu masih banyak kegiatanku di organisasi social kemasyarakatan, disamping aktif di organisasi fatayat, Badan Komunikasi Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), juga aktif di PKK.

Demikian juga saya  aktif di pengajian Ibu-Ibu jamaah tahlil,  juga mengaji di malam hari untuk ibu-ibu yang masih perlu bimbingan dalam membaca alquran. Walaupun demikian semua kami jalani dengan membagi waktu utamaku yaitu merawat luka suamiku yang tak kunjung sembuh.

Awalnya merawat luka kulakukan sepulang mengaji di sore hari,  namun ahir-ahir ini kualihkan di pagi hari sebelum berangkat sekolah, karena suami merasa nyaman kalau luka  dibersihkan sebelum ke kantor rasanya semua menjadi bersih lebih enak karena kasa masih baru dan rapi.

Semua kulakukan dengan ringan tanpa  beban, karena telah menjadi kebiasaan maka tak a da kata terpaksa, yang ada “saya harus melakukan semua sebagai kewajiban sekaligus tanggung jawabku”, karena saya yakin sesuatu yang dikerjakan ihlas hati, dan menyerahkan semua peran kepada Alloh semata  maka  akan Alloh menjadikan jiwa  menjadi tenang.

Sebagaimana yang termaktub dalam al-qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 28 yang artinya :

“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh, ingatlah hanya dengan mengingat Alloh, hati menjadi tenteram”. Wallahu A’lam

KHURRIYAH, 18092020

Salam Literasi

 

Baca Selengkapnya »

Kamis, 17 September 2020

Aku Perawat pribadi Suamiku

 

Kuingat 8 tahun yang lalu

Aku suntikkan insulin setiap hari (11)

Semua orang mempunyai passion sendiri-sendiri, saya maupun anda yang saat ini membaca tulisan ini, seperti merawat luka, tidak semua orang ahli dibidang itu, maka tidak salah jika kita menggunakan jasa perawat harus berbayar, karena mereka melakukannya  dengan ilmu, ya ilmu yang ditempuh kurang lebih selama empat tahun.

            Demikian juga dengan aku walaupun saya tiap hari melihat dan memperhatikan bagaimana seorang perawat merawat luka, namun itu belum cukup untuk mengaku “ saya juga bisa melakukan hal yang sama”, namun karena berbagai pertimbangan yang mendorongku untuk bisa melakukan hal yang sebetulnya aku ragu melakukannya, pada ahirnya jatuh pula pilihannku untuk mengambil tindakan sendiri.

Hari itu bismilah aku mulai belajar merawat luka suami. Mas Deni( nama perawat) mengajarkan aku bagaimana  cara merawat luka, mulai membersihkan luka, mengoleskan obat, membalutnya hingga bagaimana cara menyuntikkan insulin setiap hari.

Dari semua yang aku pelajari hanya satu yang aku tidak yakin bisa melakukannya, yaitu menyuntikkan insulin di lengan suamiku. bukan perkara mudah atau sulit namun ini membutuhkan keberanian yang luar biasa, sanggupkah aku melakukannya ? pertanyaan yang harus kujawab dengan keyakinan hati.

Setelah kurang lebih sembilan bulan kami menyewa jasa perawat, ahirnya dia minta  pamit untuk menyerahkan kepadaku sambil berkata :

” Merawat seperti ini gampang kok bu, jenengan pasti bisa”, ucapnya meyakinkanku

“ Waduh apa aku bisa lo  mas Deni”, jawabku tidak yakin

“Yang penting jenengan tatag, mesti bisa”, lanjutnya

Dan kata-kata itulah yang memberanikan saya untuk mencoba merawat sendiri luka suamiku sekaligus menyuntikkan insulin setiap hari, saya tau dan sadar mungkin aku bisa melakukannya, namun tetap tidak sama dengan perlakuannya  karena dia belajar dengan cara dan teori yang telah dikuasainya di bangku kuliah, sedang aku hanya berdasarkan pengalaman saja,  yaitu pengalaman melihat dan memperhatikan.

Jadi semua yang kulakukan berdasarkan apa yang saya lihat dan saya amati, bukan karena menguasai ilmunya. Sehingga sering suamiku ketika saya suntik merasakan sakit dan juga mengeluarkan darah dari lengannya. sehingga aku sering menanyakan:

“ Yah apakah rasanya sakit” tanyaku penasaran

“ Biasa wae” jawabnya menutupi, hawatir saya merasa kurang mampu dan bersalah

Itu terjadi setiap kali menyuntikkan insulin di lengannya, namun juga pernah tidak berdarah, kadang-kadang  saya juga mengamati, bagaimana cara yang saya lakukan ketika  tidak mengeluarkan darah dan ketika keluar darah, namun tak pernah kutemukan jawaban dari pertanyaanku itu.

Tapi lagi-lagi itu bukan menjadi masalah bagi suamiku karena dia juga menyadari saya bukan berprofesi sebagai perawat namun  karena terpaksa menjadi perawat untuk mengurangi pembiayaan. Kadang-kadang juga timbul pertanyaan lo, kok berani melakukan ya,,,

Ada yang kuingat pada waktu di Rumah Sakit, pasien sekamar dengan suamiku, isterinya juga sudah lama keluar masuk Rumah Sakit, suaminya  bilang padaku :

“Ibu,, nanti kalau sudah pulang ke rumah, insulin disuntik sendiri saja biar jenengan gak banyak keluarkan biaya “ nasehatnya padaku

“ la apa bisa lo pak saya” jawabku

“ ya bu, jenengan pasti bisa “ tambahnya

itulah hal yang  pernah pernah kuingat ketika mendapat nasehat yang tidak sengaja dari salah satu pasien dirumah sakit yang mempunyai keluhan yang sama, tiap hari suaminya lah yang menyuntikkan insulin  kepada isterinya, karena mengingat biaya yang bila dilakukuan oleh perawat kita akan terbebani dengan membayar jasanya.

Dari situlah aku kemudian memberanikan diri sekaligus kuputuskan untuk bisa dan berusaha mampu mengatasi situasi seperti ini. Sehingga ketika insulin sudah habis saya mesti harus minta rujukan ke Puskesmas kemudian kita mengambilnya di Rumah sakit Umum, tempat suamiku dulu dioperasi.

Begitu hari-hariku kulalui dengan suka dukanya menjadi perawat pribadi suamiku, , hingga suatu hari  control dan karena lukanya yang sudah membaik dan kadar gula yang sudah normal maka atas saran dokter penyuntikan insulin dihentikan.

Alhamdulillah,,, terbayar sudah jasaku sebagai perawat,,

KHURRIYAH, 17092020

Salam Literasi

 

Baca Selengkapnya »

Semaga lelahku Menjadi Lillah

 

Kuingat 8 tahun yang lalu

Antar jemput ke kantor selama 3 bulan (10)

Setelah kondisi kesehatan suami  mulai membaik, bisa berjalan sendiri, tidak harus pakai alat bantu, karena sebelumnya pakai kursi roda dalam dua minggu, kemudian karena membaik lagi lebih kuat berdiri ahirnya pakai jagrak selama satu bulan dan ahirnya tanpa alat bantu apapun, ini menandakan kesehatannya selalu ada perkembangan yang baik.

Merasa kondisinya semakin baik maka suami berinisiatif untuk  aktif masuk kembali ke kantor yang telah vacuum selama 3 bulan penuh. Beberapa teman sekantornya sering datang ke rumah untuk memberikan motivasi untuk semangat berkarya lagi walaupun keadaan sakit.

Hingga ahirnya memutuskan untuk masuk kantor. Ini berita yang menggembirakan karena lama berada di rumah juga merasa jenuh, mungkin secara emosi akan lebih baik kalau segera masuk ke kantor untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa stress dengan aktifitas yang pasif.

 Dengan mengganti suasana dan lingkungan yang baru, dapat berinteraksi dengan orang lain, bertemu dengan kawan-kawan di kantor akan sedikit mengurangi beban emosinya karena secara otomotis akan sering guyon dan  bercengkerama dengan yang lain, akan menumbuhkan hal-hal yang positif terkait dengan mental kejiwaannya.

Namun dibalik kegembiraanku melihat suami yang aktif lagi ke kantor sekaligus menambah bebanku sekaligus merepotkan. Karena saya tidak tega kalau suami  berangkat sendiri dengan  kondisi kaki yang penuh dengan perban mulai mata kaki hingga lutut. Se betulnya suami juga merasa tidak ada masalah dengan keadaannya, namun aku yang selalu hawatir, karena kondisinya yang belum sepenuhnya dapat dikatakan sembuh.

Ahirnya kuputuskan untuk mengantar sekaligus menjemput suami. Jadi sembari saya masuk sekolah di kecamatan Senori saya terlebih dulu harus mengantar suami di Kecamatan Bangilan, lumayan jauh kira-kira dari rumah sekitar 23 km, kemudian saya langsung berputar ke arah sekolah tempat saya  mengajar kurang lebih 25 km, dan  sekembali sekolah saya langsung menjemput suami, balik arah lagi ke bangilan menuju singgahan tempat kediamanku.

Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa, seorang wanita lemah yang harus mengejar waktu, betapa tidak dimulai bangun tidur hingga menyiapkan di dapur, membersihkan rumah, menyiapkan keperluan kantor dan lain-lain harus kuurus sendiri, mungkin kalau istilah jawa bisa dikatakan mergawe karo playon.

Saya berusaha tiba di kantor suami harus  jam 07.00, karena suamiku type orang yang disiplin jadi segala sesuatunya  harus tepat waktu, setelah itu saya langsung tancap gas menuju sekolah yang disana sudah ditunggu murid-murid, selama perjalanan saya sering kali bergumam sendiri dalam doa:

Ya Alloh,,,,saya percaya akan kuasamu

Ya Alloh,,, berilah aku nikmat sehat,sehingga aku dapat melaksanakan kewajibanku

 Ya alloh,,, saya yakin engkau merencanakan kebaikan  untukku

Ya Alloh semoga lelahku menjadi lillah.

Sering juga selama dalam perjalanan banyak orang yang melihatku dengan tatapan yang aneh, mungkin dalam hatinya bertanya “ kok, perempuan membonceng pria” namun lagi-lagi hal itu kealihkan dengan mengklakson bel sehingga pandangan mereka teralihkan, maklum berada di lingkungan desa hal-hal yang bersifat tabu masih kental dengan adat dan tradisi.

Semua kujalani selama 3 bulan hingga ahirnya suamiku bisa naik sepeda motor sendiri. Pada waktu itu sepedah motor dua tag yang di pakai kecelakaan, kemudian diperbaiki dibengkel sehingga masih bisa dipakai lagi.

Karen motornya  bukan type  matik seperti sekarang yang  tidak pakai gigi, jadi memang kesulitan untuk menginjak rem atau masuk dan mengurangi gigi satu dan dua, karena mata kaki beserta telapak kaki dalam keadaan luka dan dibalut perban. Selama ke kantor suamiku tidak bisa pakai sepatu, jadi cukup memakai sandal jepit, karena keadaan telapak kaki yang tidak memungkinkan untuk memakai sepatu layaknya teman-teman  sekantor  lainnya.

Suamiku orang yang tidak pernah mengeluh walaupun banyak tawaran untuk mengganti sepedah motor namun dia tetap pada prinsipnya yaitu  tidak mau menggantinya. Saya tau apa alasan tidak mau, lagi-lagi karena tidak ada tambahan uang untuk menukarnya.

Setelah bertahan dengan motor  lamanya ahirnya saya mendesak untuk menggantinya, banyak masukan dari teman-teman bahwa kendaraan yang dipakai dari kecelakaan harus diganti supaya tidak terjadi ha-hal buruk yang akan menimpanya lagi.

Entah itu mitos atau memang nyata, karena biasanya orang jawa selalu berpedoman pada prinsip-prinsip yang kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan. Namun saya juga tetap mencari info tentang jual beli motor bekas, sehingga suatu saat ketika suami sudah luluh hatinya mau untuk mengganti motor lamanya.

  Maka kebetulan juga ada rejeki walaupun harus dengan cara mengangsur ahirnya  sepeda motor di tukar dengan jenis Honda vario. Mulai saat itu setiap berangkat dan pulang kantor bisa naik sendiri, tanpa harus antar jemput.

Alhamdulillah,, kami bersyukur atas nikmatmu, semua tidak akan tercapai jika bukan atas izinmu, maka bersyukurlah niscaya Alloh akan melipatgandakan nikmat yang engkau terima. seperti dalam alquran surat Ibrahim ayat 7 disebutkan :

“ Apabila kamu bersyukur kepada Alloh niscaya akan kami tambah nikmat yang ada padamu, dan jika kamu kufur maka adzab Alloh sangatlah pedih. Waalohu A’lam

KHURRIYAH, 15092020

Salam Literasi

 

 

 

 

 

Baca Selengkapnya »