Kamis, 17 September 2020

Semaga lelahku Menjadi Lillah

 

Kuingat 8 tahun yang lalu

Antar jemput ke kantor selama 3 bulan (10)

Setelah kondisi kesehatan suami  mulai membaik, bisa berjalan sendiri, tidak harus pakai alat bantu, karena sebelumnya pakai kursi roda dalam dua minggu, kemudian karena membaik lagi lebih kuat berdiri ahirnya pakai jagrak selama satu bulan dan ahirnya tanpa alat bantu apapun, ini menandakan kesehatannya selalu ada perkembangan yang baik.

Merasa kondisinya semakin baik maka suami berinisiatif untuk  aktif masuk kembali ke kantor yang telah vacuum selama 3 bulan penuh. Beberapa teman sekantornya sering datang ke rumah untuk memberikan motivasi untuk semangat berkarya lagi walaupun keadaan sakit.

Hingga ahirnya memutuskan untuk masuk kantor. Ini berita yang menggembirakan karena lama berada di rumah juga merasa jenuh, mungkin secara emosi akan lebih baik kalau segera masuk ke kantor untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa stress dengan aktifitas yang pasif.

 Dengan mengganti suasana dan lingkungan yang baru, dapat berinteraksi dengan orang lain, bertemu dengan kawan-kawan di kantor akan sedikit mengurangi beban emosinya karena secara otomotis akan sering guyon dan  bercengkerama dengan yang lain, akan menumbuhkan hal-hal yang positif terkait dengan mental kejiwaannya.

Namun dibalik kegembiraanku melihat suami yang aktif lagi ke kantor sekaligus menambah bebanku sekaligus merepotkan. Karena saya tidak tega kalau suami  berangkat sendiri dengan  kondisi kaki yang penuh dengan perban mulai mata kaki hingga lutut. Se betulnya suami juga merasa tidak ada masalah dengan keadaannya, namun aku yang selalu hawatir, karena kondisinya yang belum sepenuhnya dapat dikatakan sembuh.

Ahirnya kuputuskan untuk mengantar sekaligus menjemput suami. Jadi sembari saya masuk sekolah di kecamatan Senori saya terlebih dulu harus mengantar suami di Kecamatan Bangilan, lumayan jauh kira-kira dari rumah sekitar 23 km, kemudian saya langsung berputar ke arah sekolah tempat saya  mengajar kurang lebih 25 km, dan  sekembali sekolah saya langsung menjemput suami, balik arah lagi ke bangilan menuju singgahan tempat kediamanku.

Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa, seorang wanita lemah yang harus mengejar waktu, betapa tidak dimulai bangun tidur hingga menyiapkan di dapur, membersihkan rumah, menyiapkan keperluan kantor dan lain-lain harus kuurus sendiri, mungkin kalau istilah jawa bisa dikatakan mergawe karo playon.

Saya berusaha tiba di kantor suami harus  jam 07.00, karena suamiku type orang yang disiplin jadi segala sesuatunya  harus tepat waktu, setelah itu saya langsung tancap gas menuju sekolah yang disana sudah ditunggu murid-murid, selama perjalanan saya sering kali bergumam sendiri dalam doa:

Ya Alloh,,,,saya percaya akan kuasamu

Ya Alloh,,, berilah aku nikmat sehat,sehingga aku dapat melaksanakan kewajibanku

 Ya alloh,,, saya yakin engkau merencanakan kebaikan  untukku

Ya Alloh semoga lelahku menjadi lillah.

Sering juga selama dalam perjalanan banyak orang yang melihatku dengan tatapan yang aneh, mungkin dalam hatinya bertanya “ kok, perempuan membonceng pria” namun lagi-lagi hal itu kealihkan dengan mengklakson bel sehingga pandangan mereka teralihkan, maklum berada di lingkungan desa hal-hal yang bersifat tabu masih kental dengan adat dan tradisi.

Semua kujalani selama 3 bulan hingga ahirnya suamiku bisa naik sepeda motor sendiri. Pada waktu itu sepedah motor dua tag yang di pakai kecelakaan, kemudian diperbaiki dibengkel sehingga masih bisa dipakai lagi.

Karen motornya  bukan type  matik seperti sekarang yang  tidak pakai gigi, jadi memang kesulitan untuk menginjak rem atau masuk dan mengurangi gigi satu dan dua, karena mata kaki beserta telapak kaki dalam keadaan luka dan dibalut perban. Selama ke kantor suamiku tidak bisa pakai sepatu, jadi cukup memakai sandal jepit, karena keadaan telapak kaki yang tidak memungkinkan untuk memakai sepatu layaknya teman-teman  sekantor  lainnya.

Suamiku orang yang tidak pernah mengeluh walaupun banyak tawaran untuk mengganti sepedah motor namun dia tetap pada prinsipnya yaitu  tidak mau menggantinya. Saya tau apa alasan tidak mau, lagi-lagi karena tidak ada tambahan uang untuk menukarnya.

Setelah bertahan dengan motor  lamanya ahirnya saya mendesak untuk menggantinya, banyak masukan dari teman-teman bahwa kendaraan yang dipakai dari kecelakaan harus diganti supaya tidak terjadi ha-hal buruk yang akan menimpanya lagi.

Entah itu mitos atau memang nyata, karena biasanya orang jawa selalu berpedoman pada prinsip-prinsip yang kebenarannya belum bisa dipertanggungjawabkan. Namun saya juga tetap mencari info tentang jual beli motor bekas, sehingga suatu saat ketika suami sudah luluh hatinya mau untuk mengganti motor lamanya.

  Maka kebetulan juga ada rejeki walaupun harus dengan cara mengangsur ahirnya  sepeda motor di tukar dengan jenis Honda vario. Mulai saat itu setiap berangkat dan pulang kantor bisa naik sendiri, tanpa harus antar jemput.

Alhamdulillah,, kami bersyukur atas nikmatmu, semua tidak akan tercapai jika bukan atas izinmu, maka bersyukurlah niscaya Alloh akan melipatgandakan nikmat yang engkau terima. seperti dalam alquran surat Ibrahim ayat 7 disebutkan :

“ Apabila kamu bersyukur kepada Alloh niscaya akan kami tambah nikmat yang ada padamu, dan jika kamu kufur maka adzab Alloh sangatlah pedih. Waalohu A’lam

KHURRIYAH, 15092020

Salam Literasi

 

 

 

 

 

0 Comments:

Posting Komentar

SDN Rayung IV