Sebuah drama cerita yang diangkat dari cerita nyata. Tentang perjuangan seorang anak demi mendapatkan yang dicita-citakannya, yaitu seorang muslimah yang sejati. Mencari jati diri diantara kerasnya kehidupan dan tentangan orang tua. Namun Allah akan senatiasa menolong hamba-hambanya yang berikhtiar memperjuangkan AgamaNya. Ketabahan akan segala musibah dan cobaan pada dasarnya akan mengangkat derajat manusia menjadi utama dari yang lainnya. Tak cukup kesenangan dunia dan harta mengalahkan keagungan Islam .
Baiklah …… dengan bangga Kami Siswa –siswi SDN RAYUNG IV
mempersembahkan drama berjudul …………
KEMBALI KE JALAN-MU
Drama ini dimainkan oleh :
1. Anita dimainkan oleh ……………
2. Umar dimainkan oleh …………..
3. …………….. sebagai Ustadz Rochim
4. ……………… sebagai Papi
5. ……………… kali ini sebagai mami
6. Sanusi dimainkan ………
7. Mbok Yem dimainkan oleh …..
Dibantu oleh ….., ….., ……, ……., dan semua siswa MI AL FALAH
Ceita ini diilhami dari hati yang terdalam dari penulis dan sutradara. Dipersembahkan tulus untuk jiwa-jiwa yang terpilih.
Penulis Cerita oleh K’ MULYANA
penata musik dan montase oleh ……..
penata panggung oleh ………
tata rias oleh …
perlengapan oleh …………..
Penata artistik oleh ………….
Sebelumnya apabila ada adegan/isi dalam drama ini memiliki kesamaan baik nama tempat, nama orang dan lainnya hanya kebetulan saja. Cerita ini Fiktif belaka.
Saya …………………………. sebagai pembawa cerita mengucapan selamat menikmati
Malam mulai menyelimuti bukit di seberang kota kecil itu. Saat suara angin malam mulai mendesir, diantara suara binatang malam. Masih asik saja berdendang sang katak diantara persawahan, yang jauh dari bisingnya kota kecil ini. Disanalah diantara sunyinya kehidupan, diantara sudut terpencil kehidupan dunia. Berdiri Sebuah Mushola yang telah lama mengasuh banyak santri yang mencari ilmu agama, pada seorang kiayi ternama.
BABAK I
Di mushola saat para santri sedang mengaji. Mereka berkumpul bersama mendengarkan ayat-ayat Illahi penuh semangatnya.
Ustadz : Anak-anak …. jika ada nun mati ketemu Mim maka dibaca apa?
Aayo siapa yang bisa!
Umar : Saya bisa Ustadz .. .
Ustadz : Ya… kamu bisa Mar ….
Umar : Bisa pak …. Itu bacaan Idgom bigunnah tadz
Ustadz : Seratus Umar.. kamu memang muridku yang paling pintar. Kira-
kira yang lain ingin tidak seperti Umar ….
Para Santri : Ingin pak ….
Ustadz : Baik para santri karena hari sudah larut malam, maka saya
cukupkan pelajaran untuk malam ini, Wassalamu’alaikum Wr Wb
Para Santri : Wassalamu’alaikum Wr Wb
(para santri kemudian berpamitan kembali ke pondok…)
Ustadz : sambil dipelajari di rumah ya….
Para Santri : Baik Ustadz
Ustadz : Iya …..
Akhirnya usai sudah pelajaran malam itu. Saat para santri kembali ke rumahnya masing-masing. Masih tertinggal disudut teras mushola seorang anak duduk termenung. Dari dalam Mushola datang Umar dan Sanusi menghampiri . . .
Umar : Eh . . mbak jam segini kok masih disini, tidak pulang?
Anita : Ngga’ . . aku malas pulang.
Sanu : Memang kenapa tidak pulang, apa tidak di tunggu orang tuanya
Anita : Ngga’ . . aku malas pulang.
Umar : Kok jawabannya sama
Sanu : Iya anak ini aneh banget..
Umar : Boleh tahu siapa namanya mbak…
Anita : namaku Ani, kalau kamu
Umar : Saya Umar Mbak…, Eh ku tanya lagi kenapa belum pulang?
Anita : Aku lagi sedih
Umar : Bolehkah aku kenapa kamu bersedih . .?
Sanu : Eh .. Umar aku tak pulang dulu ya, mau bareng tidak ?
Umar : Saya disini dulu San
Sanu : Ya sudah saya pulang dulu .. mari mbak duluan. ..
Anita : iya silahkan . .
Umar : Sanu … hati-hati di jalan
Sanu : OK lah. Assalamu’alaikum
Umar : Wa’alaikum salam
Anita : teman kamu baik ya.
Umar : Iya dia sahabat terbaikku. Ayo ceritanya dilanjutkan lagi, memang kenapa bersedih ?
Anita : Begini … aku sangat kagum melihat kalian mengaji tadi. aku sangat ingin sekali ikut mengaji bersama kalian.
Umar : iaya kamu disini juga bisa ikut kami mengaji
Anita : Tapi masalahnya sampai sekarang aku masih belum mendapat ijin orang tuaku, mereka melarang aku.
Umar : Kenapa seperti itu?
Anita : Mereka hanya mengejar uang dan uang. Tiada hari tanpa bekerja, mereka melupakan aku. Aku memang memiliki segalanya mobil, HP mahal, Rymah besar tapi aku tidak ingin itu semua. Aku hanya ingin kasih sayang
Umar : Sabarlah An.. Kita berdo’a semoga Allah membukakan pintu hati mereka.
Anita : kamu baik sekali Umar
Umar : Mulai hari ini kita berteman
Ustadz : hemm hemm (Ustadz datang sambil berbatuk- batuk) Eh kok masih disitu Umar ayo kerumah dulu bantu ibu.
Umar : Iya Pak …
Anita : itu siapa. Bukankah yang mengajar ngaji tadi
Umar : Iya Anita, beliau bapakku
Ustadz/bapak : Eh itu siapa Umar, kok malah ngobrol sendiri
Umar : Iya ini temanku pak, tadi dia melihat kita mengaji.
BABAK II
Saat keramaian malam mulai memenuhi kota kecil ini. Di teras rumah Anita duduk sendirian. Dia merenungi nasib yang dia terima selama ini, Papa dan mamanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berangkat pagi pulang malam setiap hari. Mereka lupa segalanya Sholatpun mereka lupakan.
Anita : Oh Ya Allah tuhanku. . .seandainya aku bisa mempunyai apa yang di miliki oleh teman-temanku tadi.betapa bahagianya hati. Aku merasa selama ini tak ada ketentraman dalam hidupku. Setiap hari orang tuaku hanya mengejar kehidupan duniawi. Bahkan mereka sangat benci kalau aku megerjakan perintahMU ya Allah. Bukakanlah pintu hati mereka.
dari halaman rumah datang mobil Papa. Iya Papa dan mama selalu pulang malam. Biasanya setelah pulang kantor mereka pasti mampir dulu untuk berbelanja. Setiap kali aku diajak aku selalu menolak, iaya aku paling tidak senang. Sebagai anak tunggal memang aku sering dimanjakan. Tapi aku tidak menginginkan itu semua.
Papa : Eh Anita belum bubuk…?
Anita : Oh ya …. Belum Pa..
Mami : Iya jam segini kok belum tidur malah ngalamun saja.
Anita : ya mi,bentar lagi anita tidur. Anita belum ngantuk
Papa : kamu kenapa.Eh sayang Ini papa belikan boneka untuk kamu
Anita : Nga’ mau pa di kamar sudah banyak
Papa : Kenapa sih kamu? Setiap hari seperti itu. (sambil membanting boneka)
Anita : nggak ada papa kok pa..
Papa : tapi lihat saja mukamu itu, sekali-kali papa pulang dihibur kek
Anita : benar pa, Anita tidak memikirkan apapun
Mama : ya udah pa biarkan saja Anita Duh belajaan mama berat ni. Eh
Mbok Yem …. Mbok yem,,,,, mbok yem… sini bantu bawaiin belanja mama.
Orang ini kalo nga diperintah nga tau kerja. Dasar tua bangka’
Mbok Yem : iya ma’af den saya dibelakang. Sini den …..barangnya
Mama : hati-hati jangan sampai jatuh, awas kalau jatuh gaji kamu setahun nga bakal
ku kasih…!
Mbok Yem : Iya den… maklum mbok yem sudah tua
Mama : Kalau saja Anita memperbolehkan mama ambil pembantu lagi, sudah
kubuang kamu.
Anirta : sini ku bantu mbok
Mbok Yem : Tidak usah den Ani… mbok masih bisa
Anita : Tapi itu berat mbok…
Mbok Yem : Jangan den ayu…
Mama : Eh Orang ini ayo cepetann!!
Papa : Apa sih mama.. apa tidak bisa sedikit sabar
Mama : Ini bapak ikut-ikutan, anak sama bapak sama saja.
Papa : Ya udah papa masuk dulu.
Mama : Dasar haga tau diatur
Anita kembali lagi duduk ditempatnya, ia sudah tidak lagi mengurusi apa yang dibaea orang tuanya. Ia hanya ingin sendiri. Dari halam ada seseorang yang datang. Siapa dia? Dia pernah melihat orang itu …..
Umar : Assalamu’alaikum…
Anita : Eh Umar…
Umar : jawab dulu donk salamnya
Anita : Iya Wa’alaikum salam…
Umar : Anita ini aku bawakan boneka. Aku sendiri yang buat, kubuat dari tanah
Anita : Wahhh terimakasih umar, bagus sekali. Kamu sendiri yang buatt …
Umar : iya tentu. eh lupa ini juga buat kamu, ini buku An Nadiyah buat mengaji
Anita : Umar kamu baik sekaLI, Eh sini duduk dulu
Umar : Terimakasih, eh ku kira kamu sudah tidur. dimana bapak sama ibu kamu?
Anita : mereka didalam, barusan baru saja pulang.
Umar : rumah kamu besar ya. Kapan ya aku punya seperti ini
Anita : Ah biasa lagi umar
Anita : Eh ini bagaimana cara membacanya ?
Umar : Sini aku bantu (mereka sambil membuka buku itu bersama-sama)
Sedang asik mereka belajar mengaji datang dari dalam mama dan papa mebghampiri …
Papa : Eh Anita kok masih diluar ayo masuk
Mama : Iya udah malam…, eh itu siapa temanmu?
Anita : Iya ini temanku ma, namanya umar
(umar menjulurkan tangan untuk mendapat jabat tangan dari mama Anita, tapi mama hanya mengacuhkan saja **jgn dibaca**dipraktekan ja**red.)
Mama : Ihh teman apa sepert ini… jangan kau bawa anak jelek ini kesini
Papa : iya kamu ini bagaimana nita! Tidak bisa diatur ! apa juga ini (papa sambil
mengambil boneka dan buku pemberian Umar). Sampah apa ini !!! ( lalu
dibating benda itu). Dikasih yang bagus malah milih apa ini…
Anita : papa jangannn…… (sambil menangis) papa itu pemberian Umar. Ini juga
buku untuk megaji pa. aku ingin bisa mengaji….
Mama : kamu yang goblok, kamu itu siapa! Kamu anak bangsawan. Cari teman yang level !, terus apa belajar itu segala. Ndak bakal kenyang perut kamu
Aita : Tidak ma aku ingin belajar mengaji dengan Umar, dia teman terbaikku
Mama : Hai anak jelek…. Pergi sana jangan menyentuh rumahku (sambil mendorong
tubuh Umar, umar pun terjatuh)
Umar : Ma’af bu saya bukan bermaksud mengganggu ibu
Mama : Siapa bilang…(sambil menampar Umar) rasasakkan . dan satu lagi jangan
pernah dekat-dekat lagi dengan Anita !!
Anita : Mama….. jangan sakiti Umar mama…
Mama : Ingat Anita… jika kamu ulangi yang seperti ini..! jangan panggil lagi aku
Mama
Anita : teganya mama berkata seperti itu padaku
Umar : Ma’af bu, ma’afkan juga Anita
Mama : Eh katakan sama orang tua kamu. Orang hina seperti kalian tidak berhak
menyentuh rumah ini.
BABAK III
Senja sudah mulai menghiasi langit. Saat matahari mulai tenggelam. Alam mulai gelap. Anita yang masih berseragam sekolah terus melangkah ditepian jalan menuju kerumah Umar. Niatnya sudah berkobar untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam. Saat cahaya Illahi diturunkan menerangi setiap relung hatinya yang terdalam. Ia terus berdo’a agar Allah Mengetuk pintu sanubari kedua orang tuanya yang telah lama beku. Oleh kemewahan hidup dengan segenap kesenangannnya. .
Anita : kira-kira Umar ada di rumah apa tidak ya ? (pikir anita sambil terus berjalan)
Sampailah Anita dirumah di ujung desa
Umar : Hei Anita … mau kemana ?
Anita : Saya mau menemui kamu Umar
Umar : O.. begitu ya mari duduk dulu
Anita : terimakasih umar
Umar : Eh tadi Anita tidak langsung pulang rumah ya abis dari sekolah.
Anita : Iya Umar aku sudah tidak betah dirumah
Umar : Kenapa Anita?
Anita : kamu sendiri kemarin kan sudah tau perlakuan orang tuaku kepadamu waktu
Itu.
Umar : iya Anita keluargamu sungguh terlalu, aku memang tidak memiliki apa-apa
selain kemiskinan ini. Tapi bukan berarti dengan mudahnya mereka
menghina aku seperti itu.
Anita : Apa yang kamu katakan Umar, aku bukan seperti mereka.
Umar : Iya ma’af Anita aku bukan bermaksud menyinggungmu.
Anita : iya nga apa-apa Umar. Kamu mau kan membantuku
Umar : aku akan selalu siap membantu kamu Anita
Anita : terimakasih Umar…..aku sudah tidak tau lagi harus bagaimana
Umar : serahkan semua kepada Allah SWT. InsyaAllah kita akan diberi jalan
Anita : akankah orang tuaku akan terbuka hatinya
Umar : kita selalu berdoa untuk itu
Anita : Semoga saja mereka cepat sadar
Umar : Amin..(terdengar suara Adzan dari mushola) Eh sudah Adzan Magrib ayo kita
magrib dulu itu nanti setelah itu kuantar kamu pulang.
Anita : Iya Umar.
Keduanya bergegas menuju mushola. Setelah Sholat Magrib seperti biasa para santri belajar
Mengaji. Ustadz Rohim adalah imam dimushola itu. Disana beliau juga giat mengajar para
santri. Beliau suka sekali bercerita juga bertutur. Hal seperti itulah yang belum pernah di terima
oleh Anita. Anita sangat senang sekali. Itu adalah pengalaman terbaiknya.
Setelah mengaji pak Ustadz menyuruh Umar untuk mengantar Anita pulang. Di tempat lain
orang tua Anita sibuk mencari Anita kesana kemari. Mereka bingung, sedih juga marah.
Dimana harus menacari Anita…?
Papa : Kurang ajar benar anak ini.. ! dimana dia berada
Mama : awas nanti kalau ketemu.
Papa : Eh mama ingat kemarin pernah ada temannya yang kerumah kita
Mama : Iya pa mungkin Anita ada disana..
Papa : anak ini sungguh sangat menjengkelkan. Kurang apa sih kita mendidik dia.
Ini salah mama. Mama seharusnya banyak mengurusi rumah.mengasuh
Anita dengan baik.
Mama : Ihh kok malah menyalahkan mama. Kalau aku tidak sambil kerja, mana
sanggup papa mencupi belanjaku
papa : Iya makan tu belanjaan kamu yang segudang itu
mama : papa mengajak berantem disini ya.
Papa : sudah-sudah! sekarang yang penting kita temukan Anita. Ah dimana anak ini
(papa sambil berjalan-jalan disekitar panggung, lalu sampai keluar panggung)
Papa : Hei …. Anita kamu disini ya. Sama anak ini lagi!!!
Anita : iya pa tadi aku dari rumah Umar
Papa : kurang ajar sekali kamu, sudah tidak patuh lagi sama papa
Anita : papa Anita benar-benar ingin mengaji
Papa : hai kamu anak jelek dari mana kamu tadi.
Umar : Pak tadi kami habis mengaji
Papa : ahh … mana aku percaya. Anita sini kamu !! (sambil menggandeng tangan
Anita/dieret-eret ke panggung lagi**(anak kecil dilarang membaca coz
bahasa gaul he he * red-Penulis)
Anita : papa…. Lepasin pa
Mama : rasakan itu Nita, eh kamu juga ikut kami. Aku mau melaporkan kamu ke polisi (sambil menjotos kepala Umar)
Umar : iaya bu tapi jangan kasar begini bu
Mama : ah gara-gara kamu anita jadi begini.
Papa : papa kan udah bilang jangan bergaul sama anak itu lagi
Anita : pa dia anak baik
Papa : heiii kamu kesini…. Berani-beraninya kamu bergaul dengan anakku.
Umar : ma’afkan saya pak
Papa : tidak ada ma’af!!! Rasakan ini… (papa mengangkat tangan hendak menampar Umar, akan tetapi sebelum sempat mengenai wajahnya……) ah ah
Mama : Pa…..!! kenapa pa…
Anita : papa kenapa pa….. bangun pa….
Umar : kita bawa ke pulang bapak bu..
Mama : Tolongg…. Tolong……lontong…….(emangnya… lontongnya papa yang ilang
He he nga’ canda doank ***jangan dibaca red-penulis)
Para warga : ayo-ayo kita bantu…. Kenapa bu tadi bapakknya
Mama : nga tau pak … tiba-tiba bapak jatuh
Para warga : ayo kita bawa pulang…. Ayo ayoo cepatttt
BABAK IV
Setelah kejadian itu bapak kemudian dibawa pulang, semua dokter didatangkan untuk
mengobati sakit papa tetapi taksatupun yang sanggup. Mereka mengatakan papa memiliki
penyakit aneh. Seluruh badanya tidak sanggup digerakkan. Berbicarapun sangat sulit…
hanya satu orang yang bisa menyembuhkan yaitu Ustadz Rochim …..
Papa : terimaksih pak Ustadz. Berkat Ustadz Kini sakitku bisa sembuh
Mama : saya juga mengucapkan terimakasih pak Ustadz
Ustadz : bukan kepada saya hendaknya bapak dan ibu berterimaksih, akan tetapi kepada Allah. Dialah yang memberikan kesembuhan
Papa : Sungguh kami sudah terlupa akan Allah. Padahal semua yang aku miliki ini tidaklah ada artinya karena semua kepunyaan Allah
Mama : Iya kami terlalu terbawa oleh kehidupan dunia. Kami lupa segala -galanya, bahkan anak kami juga kami lupakan
Ustadz : Alhamdulillah Allah telah membukakan hati kita semua
Papa : Anita sini anakku mendekat dengan papa
Anita : iya pa..
Papa : benar anakku engkau benar… kini papa baru tahu ternyata kemewahan dan kesenangan bukanlah kado terbaik buat kamu. Akan tetapi perhatian dan kasih sayang. Ma’afkan aku nak
Anita : Papa… Alhamdulillah pa..
Papa : Umar terimaksih juga anakku. Berkat engkaulah aku mendapat rahmat dariNya-membukakan hatiku
Umar : Iya pa. semua adalah kehendakNya.
Mami : ma’afkan juga perlakuan kami selama ini Umar
Umar : sudahlah bu tidak usah dipikirkan
Papa : Sebagai hadiah kalian berdua akan aku masukkan ke pondok. Belajarlah yang giat disana. Agar kalian menjadi anak yang soleh dan soleha
Ustadz :Amiin
Papa : dan aku juga memohon pada Ustadz mau menjadi guru mengajiku
Ustadz : dengan senang hati Pak
Anita : Oh Papa…….. terimakasih paap
Umar : terimakasih pak
Sekian
0 Comments:
Posting Komentar
SDN Rayung IV